Bertempat di Institut Mahardika, Paguyuban Pasundan Gelar Seminar dan Workshop Bahasa Sunda 2025

KESAMBI – Ratusan guru Sekolah Dasar (SD) sederajat di Cirebon, mengikuti Seminar dan Workshop tentang Bahasa Sunda, di Gedung Auditorium Kampus 1 Institut Teknologi dan Kesehatan Mahardika Senin, 7 Juli 2025.
Seminar dan Workshop bertemakan Pembangunan Karakter Nyunda, Nyantri, Nyakola dan Nyantika melalui pembelajaran bahasa sunda, berbasis kurikulum paradigma baru di Sekolah Dasar Se - Kabupaten dan Kota Cirebon ini, diselenggarakan oleh Pengurus Besar Paguyuban Pasundan dan Pengurus Cabang Paguyuban Pasudan dan Bank Indonesia Wilayah Cirebon.
Ketua Bidang Dindasmen Pengurus Besar Pasundan Prof. Dr. Dadang Mulyana, M.Si mengaku, dengan semangat membangun karakter Nyunda, Nyantri, Nyakola dan Nyantika, melalui pembelajaran bahasa sunda berbasis kurikulum paradigma baru se kota dan Kabupaten Cirebon.
“Diharapkan bahasa sunda kedepannya bisa lestari tidak terkikis oleh perkembangan jaman, terutama di daerah perbatasan. Disamping, bagaimana mengajarkan bahasa sunda dengan baik bagi guru di Sekolah Dasar kepada para siswanya,” ungkap Dadang saat ditemui disela-sela acara.
Dadang menambahkan, pembelajaran bahasa sunda dalam konteks seminar tersebut, bukan hanya diajarakan dalam konteks ilmu, pembaharuan, tetapi harus jauh menyangkut pemeriksaan nilai-nilai kehidupan.
Dengan adanya seminar tersebut, Pemerintah Kota Cirebon mendukung apa yang dilakukan oleh Paguyuban Pasundan, bahasa Sunda sebagai bahasa daerah harus dilestarikan.
“Pengembangan bahasa sunda sendiri menjadi penting untuk mengedukasi anak-anak kedepannya, namun bagaimana strategi bagaimana bahasa sunda itu bisa dikembangkan, sesuai dengan jaman yang ada saat ini,”kata Kepala Disbudpar Kota Cirebon Agus Sukmanjaya, S.Sos.
Kondisi sekarang harus bisa pada pendekatan teknologi, media sosial, kultural dan lain sebagainya, sehingga bahasa sunda juga bisa diterima oleh anak-anak kita di sekolah.
Sementara itu, Agung Budilaksono Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cirebon mengungkapkan, dengan adanya seminar dan workshop sendiri sebagai langkah dalam melestarikan budaya, karena kearifan lokal ini sebagai pondasi yang baik, pondasi yang kokoh, untuk pertumbuhan ekonomi.
“Jadi Bank Indonesia tidak hanya mendorong dan mengendalikan inflasi, mengatur nilai tukar, tetapi juga menumbuhkan semangat keaderahan potensi yang ada di daerah, dengan melestasikan budaya, melestarikan bahasa, sehingga semakin kokoh dan kuat utntuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang kuat,”ucapnya.